Sentuhan Harapan dari Porong, Ketika Bupati dan Dandim Sidoarjo Hadir di Rumah Slamet

InfoSidoarjo – Pagi itu, Sabtu (23/8/2025), halaman rumah sederhana milik Slamet Widodo di Kelurahan Porong mendadak ramai. Warga sekitar berkerumun, sebagian tertegun, sebagian lagi tersenyum haru. Siapa sangka, rumah yang selama ini berdiri rapuh di RT 06 RW 03, justru menjadi titik temu antara harapan dan kepedulian.

Bupati Sidoarjo, H. Subandi, S.H., M.Kn., datang langsung bersama jajaran. Tak sendiri, ia didampingi Dandim 0816/Sidoarjo, Letkol Inf Dedyk Wahyu Widodo, S.Sos., serta sejumlah pejabat lintas sektor: Kepala Dinas Sosial, Kepala Baznas, Kepala Dinas Perkim, hingga Camat Porong. Kehadiran mereka seolah menjadi tanda bahwa kisah hidup Slamet tak lagi luput dari perhatian.

Bupati Subandi masuk ke dalam rumah. Ia menunduk melewati pintu kayu yang sudah lapuk, menyusuri ruangan yang lantainya sebagian sudah retak, dan duduk bersama Slamet. Bukan sekadar basa-basi, Subandi mendengar langsung kisah hidup yang penuh keterbatasan itu. Dengan nada yang tenang, ia berkata:

β€œHati kami tergerak untuk memastikan tidak ada lagi warga Sidoarjo yang tinggal di rumah yang tidak layak. Ini bukan hanya membangun rumah, tetapi membangun kembali martabat dan harapan keluarga,” ujarnya.

Sembari menyerahkan bantuan sembako, ia menegaskan bahwa program perbaikan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) harus tepat sasaran, menyentuh mereka yang benar-benar membutuhkan.

Di sisi lain, Dandim 0816/Sidoarjo menambahkan semangat gotong royong. Baginya, TNI adalah bagian dari rakyat yang tak boleh terpisahkan.

β€œKami siap menurunkan personel untuk membantu langsung perbaikan rumah Pak Slamet. Inilah wujud kemanunggalan TNI dan rakyat. Negara harus benar-benar hadir bagi warganya,” tegas Letkol Dedyk.

Air mata bahagia terlihat di wajah Slamet. Baginya, kunjungan ini bukan hanya soal rumah yang akan diperbaiki, melainkan juga pengakuan bahwa ia tidak sendirian menghadapi kesulitan. Kehadiran para pemimpin di rumahnya adalah bukti nyata bahwa kepedulian masih hidup, bahwa harapan bisa datang bahkan di antara dinding kayu yang rapuh.

Kunjungan itu ditutup dengan sesi foto bersama. Namun, bagi Slamet dan keluarganya, yang tertinggal bukanlah sekadar potret kebersamaan, melainkan janji bahwa hari-hari ke depan akan lebih layak, lebih bermartabat, dan lebih penuh harapan.((RED))

Baca juga artikel terkait atau tulisan lainnya dari