Kristal Garam, Tekad Besar: PAGAMA Perebut Swasembada 2027

PAGAMA
PAGAMA dan petambak Madura siap wujudkan swasembada garam 2027. Foto: Istimewa

Infosidoarjo.com – Suara gemuruh puluhan pemuda dari Pemuda Garam Madura (PAGAMA) mengguncang pesisir Sampang. Mereka bukan hanya menyanyikan lagu perjuangan, tetapi sedang menorehkan sejarah baru melalui deklarasi dukungan terhadap Perpres Nomor 17 Tahun 2025. Kebijakan ini menjadi senjata utama dalam pertempuran mencapai swasembada garam nasional 2027 – mimpi yang selama ini terasa seperti fatamorgana di tengah gempuran garam impor Australia dan India. Kamis, (31/7/2025).

Aziz, ketua PAGAMA dengan tangan berkapur putih, berbicara lantang: “Kami petambak bukan penjudi, tapi dipaksa bertaruh nyawa melawan cuaca!” Data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) membenarkan keluhannya. Dari 4,9 juta ton kebutuhan garam nasional, produksi lokal hanya sanggup memenuhi 45%. Ironisnya, Madura sebagai penghasil garam dengan kadar NaCl tertinggi justru kehilangan 15% lahan tambak dalam 5 tahun terakhir akibat alih fungsi menjadi kawasan industri.

Di tengah kepungan masalah, secercah harapan datang dari limbah rejected brine PLTU. “Air buangan ini mengandung 1,8 juta ton garam per tahun – cukup untuk memotong 40% ketergantungan impor!” seru Aziz. Teknologi ini menjadi game-changer bagi petambak yang selama ini bergantung pada evaporasi matahari tradisional. Sayangnya, mahalnya biaya investasi membuat teknologi ini masih seperti pagar betis bagi petambak kecil.

Persaingan tidak sehat dengan garam impor bersubsidi menjadi musuh tak kasat mata. Harga garam Australia yang 30% lebih murah membuat industri besar memalingkan muka dari produk lokal. “Perpres ini adalah tameng kami,” tegas Aziz. Kebijakan ini tak hanya memangkas kuota impor, tetapi juga menyediakan insentif teknologi pengolahan garam bagi koperasi petambak.

Anak-anak muda Madura tak hanya berteriak di jalanan. Melalui program sekolah lapang, mereka telah melatih 120 petambak dalam mengelola tambak sistem tertutup. Kolaborasi dengan Universitas Trunojoyo melahirkan inovasi kristalisasi garam cepat yang mengurangi ketergantungan pada musim kemarau. “2027 bukan akhir perjuangan. Ini baru babak pertama pertempuran!” seru Aziz sambil menunjuk hamparan tambak garam berteknologi hybrid yang sedang dibangun.