Aliansi Warga Sidoarjo Desak Rekonsiliasi Politik, Ketua DPRD Gelar Forum Hearing

Sidoarjo – Infosidoarjo.com –

Dalam suasana yang sejuk dan penuh semangat kebersamaan, puluhan warga yang tergabung dalam Aliansi Warga Sidoarjo (@WAS) menggelar aksi damai di halaman Kantor DPRD Kabupaten Sidoarjo pada Kamis (7/8/2025). Aksi ini tidak hanya berlangsung tertib, tanpa provokasi maupun keributan, tetapi juga menjadi ruang terbuka bagi suara rakyat untuk menyampaikan aspirasi secara elegan dan bermartabat.

Berlangsung di tengah meningkatnya tensi politik lokal pasca-penolakan Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan (LPP) APBD oleh DPRD, aksi ini membawa angin segar. Ketika sejumlah pihak menyoroti potensi kebuntuan antara eksekutif dan legislatif, @WAS justru hadir dengan membawa pesan damai, semangat rekonsiliasi, dan harapan kuat akan penguatan nilai-nilai demokrasi yang sehat.

Dalam orasi pembuka yang menyentuh hati, Koordinator @WAS, Suryanto, menegaskan bahwa kehadiran mereka bukan untuk menghakimi, tetapi untuk menyuarakan harapan rakyat yang mendambakan stabilitas politik dan keberlanjutan pembangunan.

“Kami hadir bukan untuk menghakimi, tapi untuk menyuarakan harapan,” tegas Suryanto.

Ia juga menyoroti bahwa rakyat saat ini membutuhkan kejelasan arah politik yang berpihak pada kepentingan publik, bukan tarik-ulur kepentingan elite yang berpotensi memecah belah.

“Jangan biarkan konflik elite menjauhkan rakyat dari kesejahteraan. Reformasi mengajarkan kita tentang kepercayaan dan kesetaraan antara rakyat dan pemimpinnya,” lanjutnya dengan penuh semangat.

Aliansi Warga Sidoarjo Desak Rekonsiliasi Politik, Ketua DPRD Gelar Forum Hearing

Dialog yang Menghangatkan, Komitmen DPRD ditegaskanAksi yang berlangsung damai itu mendapat respons cepat dan terbuka dari Ketua DPRD Kabupaten Sidoarjo, H. Abdillah Nasih, yang turun langsung menemui massa aksi bersama anggota Komisi D, Wahyu Lumaksono. Dalam forum terbuka yang digelar secara kekeluargaan, Abdillah menyampaikan apresiasi tinggi atas partisipasi aktif warga dalam mengawal jalannya demokrasi lokal.

“Kehadiran teman-teman dari @WAS adalah bukti bahwa demokrasi kita tumbuh. Kami tidak bisa berdiri sendiri. Fungsi pengawasan akan lebih kuat jika rakyat juga ikut mengawasi,” ujar Abdillah dalam sambutannya.

Ia menjelaskan bahwa penolakan terhadap LPP APBD oleh DPRD bukanlah bentuk perlawanan politik terhadap eksekutif, melainkan bagian dari tanggung jawab konstitusional dalam menjalankan fungsi pengawasan yang melekat pada lembaga legislatif.

“Ini bukan drama politik. Ini adalah upaya menjaga marwah lembaga dan memastikan setiap rupiah dalam APBD digunakan sesuai amanah,” tegasnya.

Abdillah juga menyentil pentingnya keluar dari dikotomi koalisi dan oposisi yang kerap membelah nalar publik. Baginya, saat ini bukan lagi waktunya terjebak dalam politik transaksional yang jauh dari substansi.

“Yang kita perlukan hari ini adalah politik yang berangkat dari nurani, bukan kalkulasi pragmatis. Kita harus menjadikan ruang politik sebagai tempat pengabdian, bukan sekadar ajang adu kepentingan,” ucapnya mantap.

Empat Tuntutan, Satu Harapan BersamaDalam pernyataan sikap resmi yang dibacakan oleh perwakilan @WAS, aliansi tersebut mengajukan empat tuntutan utama kepada lembaga legislatif dan eksekutif:

  1. Membuka ruang dialog antara pemerintah dan masyarakat secara rutin dan terbuka.
  2. Menjunjung tinggi prinsip transparansi dalam proses pembuatan kebijakan publik.
  3. Menghindari kebuntuan politik yang dapat berdampak pada pelayanan publik.
  4. Mengedepankan kepentingan rakyat di atas konflik elite politik.

Keempat tuntutan tersebut disambut positif oleh Ketua DPRD. Abdillah menyatakan bahwa lembaga yang ia pimpin selalu terbuka terhadap kritik dan masukan masyarakat, selama itu disampaikan secara konstruktif.

“Forum ini adalah contoh bahwa dialog bisa menjadi alat penyejuk. Tidak semua perbedaan harus berujung pada permusuhan,” jelasnya.

Ia juga mengajak masyarakat untuk aktif menyuarakan aspirasi, tidak hanya melalui aksi jalanan, tetapi juga melalui partisipasi dalam forum-forum warga, musyawarah desa, dan kanal komunikasi resmi yang telah disediakan.

Aliansi Warga Sidoarjo Desak Rekonsiliasi Politik, Ketua DPRD Gelar Forum Hearing

Harapan yang disampaikan, amanat yang diterimaDalam salah satu momen yang cukup menyentuh, Suryanto menyampaikan harapan pribadi agar Ketua DPRD mampu menjadi figur pembina yang mampu meredam ketegangan internal serta menjaga harmonisasi di antara sesama anggota dewan.

“Kami ingin DPRD menjadi rumah rakyat yang hangat. Tempat lahirnya kebijakan, bukan konflik,” ujar Suryanto.

Permintaan itu langsung dijawab oleh Abdillah dengan komitmen moral tinggi.

“Saya akan berusaha menjadi jembatan, bukan tembok. Di tengah suara yang berbeda-beda, tugas saya adalah menjaga agar komunikasi tetap hidup,” jawabnya.

Ia juga mengajak seluruh anggota DPRD untuk menempatkan rakyat sebagai pusat orientasi kerja politik mereka. Dalam pandangannya, suara rakyat bukan hanya patokan arah, tetapi juga menjadi pengingat jika para pemimpin mulai kehilangan kompas moral.

Demokrasi yang santun dan penuh harapanAksi damai yang digelar oleh @WAS siang itu ditutup dengan refleksi mendalam dari Suryanto. Ia mengajak seluruh pemangku kebijakan untuk menghidupkan kembali semangat reformasi yang dulu mempertemukan rakyat dan pemimpin dalam satu gerakan moral bersama.

“Dulu, rakyat dan pemimpin turun ke jalan bersama. Kini, mari kita duduk bersama tanpa ego. Kami tidak datang sebagai lawan, tapi sebagai pengingat. Rakyat punya harapan besar—dan harapan itu adalah beban moral bagi pemimpin,” tegasnya.

“Berhati-hatilah kepada kami, rakyat. Bukan karena kami berbahaya, tapi karena harapan kami besar. Kami ingin negeri ini selamat, dan itu hanya mungkin jika suara kami didengar,” lanjutnya.

Pesan itu menggambarkan kedewasaan politik masyarakat sipil Sidoarjo. Aksi yang digelar @WAS tidak hanya menjadi saluran aspirasi, tetapi juga simbol kematangan demokrasi lokal, yang berjalan tanpa kegaduhan, tanpa intimidasi, dan tanpa provokasi.

Salah satu peserta aksi, Dina, warga Candi, mengungkapkan kepuasannya atas jalannya aksi yang santun dan produktif.

“Demonstrasi bukan harus gaduh. Kritik tidak harus dibarengi amarah. Aksi ini adalah bukti bahwa demokrasi bisa berjalan dalam suasana saling menghormati,” ungkapnya.

Abdillah Nasih menutup forum dengan komitmen untuk terus menghidupkan ruang-ruang dialog serupa ke depannya.

“Kita jangan terjebak dalam kubu-kubuan. Di balik semua istilah politik, satu hal yang harus kita ingat: rakyat adalah kompas. Jika kita melenceng, suara rakyatlah yang mengingatkan dan meluruskan,” tandasnya.

Menuju politik yang membumiaksi @WAS hari itu telah mengukir pesan moral yang kuat: bahwa demokrasi bukan hanya milik mereka yang duduk di kursi kekuasaan, tetapi juga milik rakyat yang bersuara dengan nurani. Ketika komunikasi dibangun atas dasar saling hormat, maka ketegangan bisa menjadi solusi. Ketika suara rakyat didengar tanpa prasangka, maka politik bisa menjadi rumah harapan.

Di tengah pusaran konflik dan silang pendapat yang mewarnai dunia politik, aksi damai ini menjadi cermin bahwa politik bisa dibumikan. Politik bisa disandarkan pada rasa, bukan hanya logika. Dan ketika pemimpin dan rakyat saling mendengar, maka yang tercipta bukan sekadar kebijakan, tetapi kebijaksanaan. (ADV/*Red)

Dilihat: 358

Baca juga artikel terkait atau tulisan lainnya dari