HMI Sidoarjo Desak Reformasi Polri, Ungkap Dugaan Beking Rokok Ilegal di Balik Kasus Affan

Sidoarjo – Infosidoarjo.com –

Gelombang protes mahasiswa di Sidoarjo kian memanas. Setelah IMM dan BEM Umsida lebih dulu turun ke jalan, kini giliran Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Sidoarjo menggelar aksi damai di halaman Mapolresta Sidoarjo, Selasa (02/09/2025).

Aksi ini dipicu oleh kasus meninggalnya Affan Kurniawan, pengemudi ojek online, yang hingga kini menyisakan banyak tanda tanya. HMI menilai kasus ini bukan sekadar persoalan prosedur, melainkan cerminan lemahnya penegakan hukum dan akuntabilitas aparat.

Di hadapan puluhan mahasiswa, Ketua Umum HMI Cabang Sidoarjo, Dandy Amar Rizky, menyampaikan kritik tajam terhadap pola gerakan mahasiswa di Sidoarjo dan arah pembangunan nasional.

“Fenomena aksi mahasiswa di Sidoarjo patut dipertanyakan, apakah masih murni sebagai gerakan moral atau justru bergeser menjadi panggung pencitraan yang dibalut kegiatan sosial,” tegas Dandy di tengah orasi.

Foto: sebelah kanan Ketua Umum HMI Cabang Sidoarjo, Dandy Amar Rizky

HMI menolak aksi-aksi seremonial yang dianggap kehilangan ruh perjuangan. Dandy menekankan, reformasi Polri, penegakan HAM, dan evaluasi pembangunan nasional harus menjadi fokus utama mahasiswa, bukan sekadar simbol dan atribut aksi.

Salah satu tuntutan HMI yang menarik perhatian publik adalah dugaan keterlibatan oknum aparat dalam pengamanan peredaran rokok ilegal di Sidoarjo.

“Hal ini tentu harus ada evaluasi dari Polresta terhadap jajarannya untuk tidak menjadi bekingan rokok ilegal. Jika benar terjadi, ini jelas mencederai kepercayaan publik,” tegas Dandy.

Pernyataan ini sontak memunculkan spekulasi baru. Pasalnya, kasus peredaran rokok ilegal di Sidoarjo bukan hal asing. Namun, keterkaitannya dengan oknum aparat menjadi isu sensitif yang selama ini jarang disentuh secara terbuka.

Dalam aksinya, HMI menyampaikan enam tuntutan strategis yang diarahkan kepada pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan aparat penegak hukum:

  1. Evaluasi kinerja Polri serta usut tuntas kasus kematian Affan Kurniawan dan Iko Julian Junior, mahasiswa Unnes, hingga ke rantai komando.
  2. Menolak sikap permisif negara terhadap tindakan anarki dan praktik ilegal.
  3. Mendesak aparat keamanan bertindak profesional, proporsional, dan humanis dalam mengawal aspirasi masyarakat.
  4. Menegaskan solidaritas dengan ojol, buruh, mahasiswa, dan rakyat kecil yang kerap menjadi korban kekerasan aparat.
  5. Mengajak semua pihak menjaga ruang demokrasi yang sehat tanpa kekerasan, sekaligus menegakkan supremasi hukum secara adil.
  6. Mendesak pemerintah pusat dan daerah menindak tegas oknum aparat yang diduga menjadi beking peredaran rokok ilegal di Sidoarjo.

Aksi damai ini mendapat perhatian serius dari jajaran aparat. Kapolresta Sidoarjo Kombes Pol Christian Tobing, Dandim 0816 Letkol Inf Dedyk Wahyu Widodo, Bupati Sidoarjo Subandi, dan Ketua BNNK Sidoarjo Kombes Pol Gatot Soegeng Soesanto hadir langsung menemui para mahasiswa.

Kapolresta menegaskan bahwa pihaknya siap terbuka dan transparan dalam menangani setiap laporan masyarakat.

“Polresta Sidoarjo akan terus menjaga kolaborasi, jogo Sidoarjo supaya tetap aman dan kondusif. Kami bekerja sesuai prosedur dan tidak merugikan masyarakat. Mari kita tetap solid, guyub, dan transparan,” tegasnya.

Aksi HMI ini menandai babak baru konsolidasi gerakan mahasiswa di Sidoarjo. Jika sebelumnya aksi IMM dan BEM Umsida fokus pada kematian Affan, HMI membawa isu yang lebih luas: reformasi Polri, penegakan HAM, dan dugaan praktik ilegal di tubuh aparat.

Pengamat politik lokal menilai, jika dugaan soal beking rokok ilegal benar, maka Sidoarjo menghadapi krisis kepercayaan publik terhadap penegakan hukum. Situasi ini berpotensi memicu eskalasi gerakan mahasiswa yang lebih besar.

Untuk itu, mahasiswa dan aparat perlu menjaga ruang komunikasi terbuka agar Sidoarjo tidak terjebak pada konflik horizontal. Transparansi dan keberanian membuka fakta menjadi kunci. (*Red)

Dilihat: 334

Baca juga artikel terkait atau tulisan lainnya dari