Foto : Kasatkorwil Banser Jawa Timur, H. Rizza Ali Faizin.
InfoSidoarjo — Aktivitas komunitas LGBT di media sosial kembali memicu kontroversi. Di Kabupaten Sidoarjo, sejumlah grup Facebook yang mengatasnamakan komunitas gay ditemukan aktif secara terbuka dan memiliki ribuan anggota, termasuk grup “Gay Sidoarjo”, “Ojol Gay Sidoarjo”, dan “Gay Krian”. Kondisi ini menuai reaksi keras dari berbagai elemen masyarakat, terutama dari Kasatkorwil Banser Jawa Timur, H. Rizza Ali Faizin.
Hasil pemantauan redaksi menemukan bahwa grup “Gay Sidoarjo” memiliki lebih dari 1.900 anggota, sementara “Ojol Gay Sidoarjo” tercatat diikuti sekitar 5.500 akun. Sementara itu, grup “Gay Krian” memiliki sekitar 200 anggota. Yang menjadi sorotan, grup-grup ini bersifat publik dan dapat diakses bebas, termasuk oleh anak-anak dan remaja.
Menanggapi hal tersebut, H. Rizza Ali Faizin menegaskan bahwa keberadaan grup virtual semacam ini tidak bisa dibiarkan.
“Sidoarjo dikenal sebagai kota santri dan ramah anak. Jangan sampai grup-grup seperti ini merusak moral dan citra generasi muda di kota ini,” ujarnya, Jumat (25/7/2025).
Ia mendesak aparat penegak hukum, khususnya unit cyber crime, agar segera menindak dan melakukan patroli siber secara intensif. Menurut Rizza, aktivitas terbuka yang berpotensi menyimpang secara moral dan seksual harus segera dihentikan sebelum menimbulkan dampak sosial yang lebih luas.
“Kami mendorong kepolisian untuk bertindak cepat. Ini sudah masuk dalam kategori ancaman sosial yang perlu ditangani serius,” tegasnya.
Lebih lanjut, Rizza menyatakan bahwa Banser Jawa Timur siap bekerja sama dengan aparat kepolisian dan pemerintah daerah untuk memantau aktivitas digital yang dinilai menyimpang dari norma sosial dan agama.
Kekhawatiran muncul karena dugaan bahwa grup-grup tersebut tidak hanya menjadi ruang diskusi, tetapi juga tempat mencari pasangan sesama jenis secara terang-terangan. Hal ini dinilai sangat berbahaya, terutama bagi generasi muda dan anak di bawah umur.
Meski begitu, Rizza menegaskan bahwa pihaknya tidak akan melakukan tindakan anarkis atau main hakim sendiri.
“Kami tegaskan, sikap kami adalah pencegahan dan edukasi. Tapi kami juga tidak akan diam jika moral bangsa terus dikikis oleh hal-hal semacam ini,” tandasnya.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari pihak kepolisian terkait langkah-langkah konkret terhadap keberadaan grup-grup tersebut di dunia maya.((RED))